Kereta Istimewa berlivery ombak Aice, sebelum diubah menjadi Livery Go Green Foto: Galih Restu Sangaji |
Inilah Kereta Istimewa, yang awalnya dikenal sebagai Kereta Inspeksi 2 (KAIS 2), memiliki histori yang mencakup transformasi menarik sejak pembuatannya pada tahun 2018 di Balai Yasa Yogyakarta. Sebelumnya, kereta ini dimodifikasi dari KRD kelas 1 untuk KRD bandara Kualanamu di Sumatera Utara, namun nasibnya berubah ketika dialihkan untuk layanan KRD Sriwedari relasi Kutoarjo-Yogyakarta-Solo Balapan.
Pada 6 Januari 2018, Edi Sukmoro meluncurkan Kereta Inspeksi generasi ll dengan skema warna hijau-putih yang khas. Namun, lebih dari setahun setelah pelayanan sebagai Kereta Inspeksi, pada peringatan Hari Kereta Api ke-74 tahun, 28 September 2019, KAIS berubah menjadi Kereta Istimewa. Fungsi utamanya tidak lagi sebagai kereta inspeksi, melainkan sebagai kereta wisata yang disewakan kepada masyarakat umum ataupun rombongan.
Tarif dan Fasilitas yang Ditawarkan Sebagai destinasi wisata rel, Kereta Istimewa menawarkan pengalaman unik kepada penumpangnya. Dengan tarif mulai dari Rp19 juta per 40 penumpang, penumpang dapat menikmati perjalanan yang istimewa dengan suasana berbeda melalui rel kereta api dengan berbagai fasilitas yang ditawarkan oleh Kereta Istimewa untuk memenuhi kebutuhan para penumpangnya.
Dari peran kontroversialnya sebagai KAIS hingga menjadi kereta sewa, Kereta Istimewa ini mencerminkan dinamika dunia perkeretaapian Indonesia. Dengan transformasinya, kereta ini tidak hanya menjadi sarana transportasi, tetapi juga mengundang penumpang untuk menikmati keistimewaan perjalanan melalui rel kereta api, membawa pengalaman yang berbeda dan berkesan bagi setiap penumpangnya.
Kereta Istimewa "Go Green" berangkat Stasiun Bumiayu menuju Solo Foto: Galih Restu Sangaji |
Ketika berfungsi sebagai KAIS, kereta ini memainkan peran yang cukup kontroversial pada era kepemimpinan Edi Sukmoro. Dengan frekuensi operasional yang cukup tinggi, sekitar seminggu sekali, KAIS menjadi sorotan dan kritikan dari Ignasius Jonan, Direktur Utama PT.KAI sebelumnya. Jonan mengkritik penggunaan KAIS yang tidak merasakan langsung perjalanan bersama pelanggan kereta api. Sebutan seperti "Angkot Ayah" atau "Grab Ayah" pun muncul di kalangan penggila kereta api.
Setelah menjalani pemeliharaan di Balai Yasa Yogyakarta pada tahun 2022, Kereta Istimewa mengalami perubahan estetika dengan corak serba hijau dan bertulisan "Kereta Istimewa" yang mencolok pada sisi kanan dan kiri. perubahan ini memberikan sentuhan segar pada penampilannya, berbeda jauh dari corak sebelumnya yang mengingatkan pada kotak Es Krim Aice.
Tidak hanya menawarkan pengalaman visual, Kereta Istimewa juga memiliki spesifikasi teknis yang mencirikan kemampuan dan performanya. Dengan panjang 40.000 mm, lebar 2.990 mm, dan berat 38.000 kg, kereta ini memiliki kecepatan maksimum 80 km/jam. Mesin Shinko DMH 17H dengan daya 200 hp memberikan performa yang handal, membuat perjalanan melalui rel menjadi lancar dan nyaman.
Dibandingkan dengan Kereta Wisata konvensional lainnya, kereta ini menawarkan fleksibilitas waktu keberangkatan karena tidak digandengkan pada kereta api reguler. Dilengkapi dengan 2 rangkaian kereta, fasilitasnya termasuk lounge dengan karaoke, ruang meeting, tempat duduk dengan leg rest, dan pemandangan langsung dari ruangan masinis. Fasilitas lainnya meliputi mini bar, meja makan besar dengan karaoke system, ruang ibadah, toilet eksklusif, serta kapasitas 40 tempat duduk untuk kenyamanan maksimal selama perjalanan.
Label
Sarana KA