Lokomotif CC201 diproduksi oleh General Electric Transportation Amerika Serikat, sudah puluhan tahun menjadi tulang punggung perkeretaapian Indonesia. Dengan sejarah produksi yang panjang dan karakteristik teknis yang istimewa, lokomotif ini telah membuktikan dirinya sebagai mesin diesel elektrik yang tak tertandingi dalam kinerja dan kehandalannya. Bermodel GE U18C, mulai diproduksi pada rentang tahun 1977 hingga 1992, lokomotif ini menjadi salah satu karya General Electric paling sukses di Indonesia. Sebagian produksi sparepart lokal dilakukan di Balai Yasa Yogyakarta dan Balai Yasa Lahat.
Dengan susunan roda AAR C-C dan dimensi yang ramping, kapasitas bahan bakar sekitar 3.028 liter, mesin diesel elektrik ini didukung oleh sistem mesin GE 7FDL-8 dilengkapi dengan turbocharger, dan 6 Motor Traksi tipe GE 761, DC-DC. Kecepatan maksimum mencapai 120 km/h, walaupun sekarang dibatasi hanya 100 km/jam. Daya mesin sebesar 1.454 kW dan daya ke generator/converter sebesar 1.361 kW menjadikan lokomotif CC201 mampu menangani tugas-tugas berat dengan efisiensi yang tinggi. Gaya traksi mencapai 17.640 kgf. Fitur keselamatan seperti rem udara tekan, pengereman dinamis, dan rem parkir memberikan perlindungan tambahan bagi petugas dan penumpang. Sistem keselamatan seperti Locotrack dan Vigilance Control Panel juga meningkatkan keamanan selama operasionalnya. Selain itu, klakson yang khas seperti WABCO AA-2 Air Horn, Nathan Airchime KS-1L, dan Leslie Tyfon memberikan peringatan yang jelas bagi pengguna jalan.
CC201 telah menjelajahi berbagai rute dan wilayah di Indonesia sejak 1977, handal di setiap jenis topografi tanah seperti dataran rendah maupun pegunungan. Dikenal dengan berbagai julukan seperti Kotak, Baung, Streamliner, Miring, dan Vintage. CC201 memiliki empat generasi, termasuk yang dihasilkan dari rehabilitasi
Lokomotif BB203. Pada awal operasionalnya, CC201 tidak dapat menjelajahi semua
lintas utama PJKA karena beberapa jalur harus ditingkatkan terlebih dahulu.
Pada tahun 1977, beberapa lintasan seperti Jakarta–Bandung,
Jakarta–Purwokerto–Surabaya, dan Bandung–Yogyakarta–Surabaya sudah mengalami
peningkatan kapasitas. Modifikasi lokomotif BB203 menjadi CC201 terjadi dengan
penambahan motor traksi di bagian tengah bogie dan penyetelan untuk mencapai
daya mesin 1.950 hp setelah beban gandar ditingkatkan.
Selama perjalanan panjangnya, CC201 telah menjadi penarik berbagai jenis kereta, dari kelas eksekutif hingga kereta barang. Saat ini, perannya lebih dominan dalam kelas bisnis, campuran, ekonomi, dan lokal. Lokomotif ini bahkan digunakan untuk pelatihan calon masinis, menggantikan peran lokomotif D300, D301, atau BB300. Keberhasilannya di Indonesia tidak hanya dipengaruhi oleh kinerja mesin yang handal, tetapi juga ketersediaan suku cadang yang memadai, menjadikannya lokomotif GE Transportation paling sukses di tanah air. Tahun 2013–2014 muncul kebijakan pemasangan teralis besi pada kaca kabin masinis untuk mencegah cedera akibat pelemparan batu. Namun, sejak 2016, jenis kaca kabin beralih dari kaca biasa menjadi polikarbonat, dan mengakhiri penggunaan teralis besi. Dengan empat skema warna berbeda, termasuk DKA-PJKA, Perumka, dan
PT KAI, lokomotif ini senantiasa mengikuti identitas visual perusahaan.
Perubahan skema warna umumnya dilakukan setelah melewati proses overhaul di
balai yasa.
|
KA Bogowonto dengan Lokomotif CC201 Livery Vintage
|
Pada Februari 2021, motif DKA-PJKA atau yang biasa disebut "vintage livery,"
kembali diaplikasikan pada beberapa lokomotif CC201, termasuk CC201 83 31,
berkat usulan dari komunitas Semboyan Satoe dan Indonesian Railway
Preservation Society. CC201 83 34, CC201 92 01, dan CC201 77 17 yaitu lokomotif yang mengadopsi "Livery Vintage" dengan CC201 83 34 melalui proses pengecatan di
Depo Lokomotif Semarang Poncol.