Bagi orang awam, penomoran pada kereta api bisa menjadi teka-teki. Namun, di balik kode-kode tersebut tersimpan arti dan makna yang menarik untuk dipelajari. Sebelum membahas lebih jauh, penting untuk memahami perbedaan antara Kereta dan Gerbong. Meskipun sering disamakan, keduanya sebenarnya memiliki perbedaan yang cukup signifikan. Gerbong lebih sering digunakan untuk mengangkut barang dan binatang (walaupun di Indonesia tidak ada kereta angkutan binatang), sementara Kereta lebih ditujukan untuk angkutan penumpang.
Di Indonesia, kelas pada kereta api umumnya dibagi menjadi tiga kelas, yaitu Ekonomi, Bisnis, dan Eksekutif. Setiap kelas memiliki perbedaan yang mencolok seperti interior, eksterior, fasilitas, kursi penumpangnya, dan tentunya harga tiket yang berbeda. Kode-kode pada kereta memiliki arti dan tujuan tertentu. Sebagai contoh, penomoran gerbong pada kereta barang memiliki sistem tertentu yang mengidentifikasi jenis barang yang diangkut, sementara penomoran kereta penumpang mengacu pada jenis layanan yang disediakan.
Seperti telah diketahui bahwa sarana perkeretaapian yang meliputi Lokomotif, Kereta Penumpang, Gerbong serta Peralatan Khusus perlu diberikan penomoran sebagai identitas dari sarana yang bersangkutan, maka menurut Peraturan Menteri Perhubungan No. KM 45 Tahun 2010 tentang Standar Spesifikasi Teknis Penomoran Sarana Perkeretaapian, disusunlah identitas sarana perkeretaapian yang menggambarkan 4 poin utama, yaitu sebagai berikut:
- Kodifikasi jenis sarana kereta api
- Klasifikasi sarana kereta api
- Tahun mulai beroperasinya sarana kereta api
- Nomor urut sarana kereta api
Sistem penomoran di atas terbagi menjadi 4 macam, antara lain sebagai berikut:
1. Lokomotif
[jumlah gandar penggerak dalam huruf] - [klasifikasi lokomotif] - [tahun mulai operasi/dinas] - [nomor urut]
- A untuk 1 Gandar Penggerak
- B untuk 2 Gandar Penggerak
- C untuk 3 Gandar Penggerak
- D untuk 4 Gandar Penggerak
- E untuk 5 Gandar Penggerak
terdiri dari 3 digit angka. Angka pertama menunjukkan kode sistem penggerak lokomotif, sedangkan angka kedua dan ketiga yang diawali dengan angka 00 menunjukkan seri lokomotif. yaitu:
- 1 untuk lokomotif listrik (dulu diesel mekanik)
- 2 untuk lokomotif diesel elektrik
- 3 untuk lokomotif diesel hidrolik
- 4 untuk lokomotif multi power (lokomotif diesel elektrik yang dilengkapi Pantograf atau Shoe Gear seperti lokomotif listrik)
menunjukkan angka tahun mulai beroperasinya lokomotif bersangkutan.
Contoh:
CC 206 13 44 PWT
Keterangan:
- CC : menunjukkan lokomotif 2 Bogie dengan masing-masing bogie memiliki 3 Gandar penggerak
- 206 : menunjukkan jenis lokomotif diesel elektrik seri 06
- 13 : menunjukan dengan tahun mulai operasi 2013
- 44 : merupakan nomor urut di kelas yang sama
- PWT : adalah alokasi dipo lokomotif ini berada, yaitu Dipo Purwokerto
2. Kereta Penumpang
Kelas kereta
menunjukkan jenis kelas dan fasilitas dari kereta bersangkutan, dinyatakan dengan kode huruf dan satu digit angka yaitu:
- 1 untuk kelas Eksekutif (Kereta api eksekutif)
- 2 untuk kelas Bisnis (Kereta api bisnis)
- 3 untuk kelas Ekonomi (Kereta api ekonomi).
Kode Huruf kombinasi Angka
- K1 : Kereta yang berfasilitas kelas eksekutif
- KM1 : Kereta yang memiliki dua ruang dilengkapi dengan ruang makan/dapur dan kereta penumpang kelas eksekutif
- M1 : Kereta yang memiliki fasilitas ruang makan dan dapur kelas eksekutif
- MP1 : Kereta yang memiliki fasilitas ruang makan/dapur kelas eksekutif serta ruang pembangkit listrik
- K2 : Kereta yang berfasilitas kelas bisnis
- KM2 : Kereta yang memiliki fasilitas dengan ruang makan/dapur dan kereta penumpang kelas bisnis
- KMP2 : Kereta yang memiliki fasilitas dengan ruang makan/dapur, ruang penumpang kelas bisnis serta pembangkit listrik
- MP2 : Kereta yang memiliki fasilitas dengan ruang makan/dapur dan pembangkit listrik
- K3 : Kereta yang berfasilitas kelas ekonomi
- KMP3 : Kereta yang memiliki fasilitas dengan ruang makan/dapur, ruang penumpang kelas ekonomi dan pembangkit listrik
- KP3 : Kereta yang memiliki fasilitas ruang penumpang dan pembangkit listrik
- MP3 : Kereta yang memiliki fasilitas dengan ruang makan/dapur kelas ekonomi dan pembangkit listrik
- B : Kereta bagasi
- BP : Kereta yang dilengkapi fasilitas bagasi dan pembangkit listrik
- P : menunjukkan kereta yang dilengkapi fasilitas genset diesel
Jenis kereta
menunjukkan kereta yang ditarik lokomotif atau memiliki penggerak sendiri dengan rincian:
- 0 untuk kereta penumpang yang ditarik lokomotif;
- 1 untuk kereta rel listrik (KRL);
- 2 untuk kereta rel diesel elektrik (KRDE)
- 3 untuk kereta rel diesel hidrolik (KRDH).
Tahun mulai operasi dan nomor urut
cukup jelas.
Contoh:
K1 0 01 01 SDT
menunjukkan
- kereta kelas eksekutif (K1)
- yang ditarik lokomotif
- dengan tahun mulai operasi 2001
- dan nomor urut 01.
- Alokasi sarana milik dipo Sidotopo
3. Gerbong Barang
Jenis gerbong
menunjukkan jenis bentuk gerbong dan barang yang diangkut dengan rincian:
- GD untuk Gerbong Datar (PPCW, PKPKW)
- GB untuk Gerbong Terbuka (YYW, ZZOW, TTW, KKBW)
- GT untuk Gerbong Tertutup (GW, GGW, GR)
- GK untuk Gerbong Ketel/Tangki (KKW)
Kapasitas muat
menunjukkan daya angkut maksimum dalam satuan ton, dinyatakan dalam dua digit angka.
Tahun mulai operasi dan Nomor Urut
cukup jelas.
GK 30 65 121
- GK menunjukkan Gerbong Ketel
- dengan kapasitas muat maksimum 30 ton,
- mulai dioperasikan sejak 1965
- dengan nomor urut sarana 121.
4. Peralatan Khusus
Kode sarana khusus
dinyatakan dalam 2 huruf sebagai berikut:
- SI untuk kereta Inspeksi (KAIS)
- SN untuk kereta Penolong (NR, NW dsb)
- SU untuk kereta Ukur
- SC untuk kereta Derek
- SR untuk kereta Pemeliharaan jalan rel
Jenis sarana khusus
dinyatakan seperti halnya jenis sarana kereta, yaitu:
- 0 untuk sarana khusus yang ditarik lokomotif
- 1 untuk sarana khusus berpenggerak listrik
- 2 untuk sarana khusus berpenggerak diesel elektrik
- 3 untuk sarana khusus berpenggerak diesel hidrolik
Tahun mulai operasi dan Nomor Urut
cukup jelas.
Contoh:
SI 3 82 07 THB
- Kode di atas menunjukkan kereta inspeksi
- dengan sistem penggerak diesel hidrolik
- yang mulai beroperasi sejak 1982
- dengan nomor urut 7
Singkatan Lainnya
Depo Lokomotif dan Kereta
- JAKK : Jakarta Kota
- RK : Rangkasbitung
- BD : Bandung
- CN : Cirebon
- SMC : Semarang Poncol
- PWT : Purwokerto
- KTA : Kutoarjo
- YK : Yogyakarta
- SLO : Solo Balapan
- MN : Madiun
- SBI : Surabaya Pasarturi
- SDT : Sidotopo
- ML : Malang
- BW : Banyuwangi
- JR : Jember
- PUB : Pulubrayan
- PD : Padang
- KPT : Kertapati
- TNK : Tanjung Karang
Trainmark atau Kode Teknis Kereta
Untuk letak kode teknis kereta, berada di pojok kanan maupun kiri atas samping pintu yang ditulis dengan plat persegi berukuran 20 X 20 cm dengan dasar warna merah dan tulisan jenis arial bold.
Kode Kecepatan Maksimum
- A : Kecepatan maksimum 45 km/jam
- B : Kecepatan maksimum 60 km/jam
- C : Kecepatan maksimum 75 km/jam
- D : Kecepatan maksimum 90 km/jam
- E : Kecepatan maksimum 100 km/jam
- F : Kecepatan maksimum 120 km/jam
Kode Jenis Bogie/roda kereta
- 1 : Jenis Bogie K1 (NT-45)
- 5 : Jenis Bogie K5 (NT-11 dan TB-398)
- 6 : Jenis Bogie K6 (Ferostal)
- 7 : Jenis Bogie K7 (Gorlitz)
- 8 : Jenis Bogie K8 (NT-60)
- 9 : Jenis Bogie K9 (Boltsterless)
- 10 : Jenis Bogie K10 (TB-1014)
Kode Berat Kereta
- 37 : Berat total maksimum 37 ton
- 39 : Berat total maksimum 39 ton
- 40 : Berat total maksimum 40 ton
- 42 : Berat total maksimum 42 ton
- 45 : Berat total maksimum 45 ton
Media Penggerak Kereta
- 0 : Untuk kereta yang berpenggerak tenaga lokomotif
- 1 : Untuk kereta yang berpenggerak tenaga listrik (KRL)
- 2 : Untuk kereta yang berpenggerak tenaga diesel elektrik (KRDE)
- 3 : Untuk kereta yang berpenggerak tenaga diesel hidraulik (KRDH)
Waktu Perawatan
- MD : Mulai Dinas
- Format: XX (2 digit tanggal) XX (2 digit bulan) XXXX (4 digit tahun)”
- PA BY...... : Perawatan Akhir Balaiyasa
- Format: XX (2 digit tanggal) XX (2 digit bulan XXXX (4 digit tahun)
- PA Bogie : Perawatan Akhir Bogie
- Format: XX (2 digit tanggal) XX (2 digit bulan) XXXX (4 digit tahun)”
- PA YAD : Perawatan Akhir Yang Akan Datang
- Format: XX (2 digit tanggal) XX (2 digit bulan) XXXX (4 digit tahun)”
- MOD/ MODIF: Modifikasi yang dilakukan
- biasanya terdapat pada sarana tertentu yang diubah bentuknya, seperti dari K2 menjadi B, dst.
Memahami kode-kode tersebut tidak hanya membantu calon penumpang untuk mengidentifikasi kereta yang tepat, tetapi juga memberikan wawasan tentang berbagai aspek operasional perkeretaapian. Dengan demikian, penomoran pada kereta api bukanlah sekadar angka ataupun huruf semata, tetapi sebuah sistem yang mengungkapkan kompleksitas dan keragaman layanan yang ditawarkan oleh industri perkeretaapian.