Dalam dunia kereta api, bukan hanya rel saja yang menjadi prasarana yang terpenting, namun ada juga yang tak kalah penting. Bangunan Hikmat. Apa itu bangunan hikmat? Nah, simak sampai selesai!
Bangunan Hikmat, atau BH singkatnya, merupakan bagian penting dari infrastruktur kereta api. Ini bukan sekadar bangunan biasa, melainkan struktur penunjang rel yang didesain tidak sembarangan, yang didesain dengan prinsip-prinsip teknik sipil. Di dalam kategori bangunan hikmat ini masuk berbagai struktur seperti jembatan, terowongan, viaduk, sifon, dan saluran air di bawah jalur kereta api. Kata lain untuk bangunan hikmat adalah Kunstwerk.
Tiap bangunan hikmat punya nomor urut yang khas, biasanya dimulai dengan dua huruf yaitu BH diikuti dengan angka-angka. Penomoran ini nggak sembarangan loh, urutannya menyesuaikan jarak dari pangkal lintas. Misal, BH nomor 1 akan paling dekat dengan km 0. Lalu, ada BH 2, BH 3, dan seterusnya yang semakin menjauh dari pangkal lintas.
Jembatan Cikubang |
Jembatan rel yang melintasi sungai, jurang, atau objek lainnya juga masuk dalam kategori bangunan hikmat. Tapi, perlu diingat, jembatan yang struktur lintasnya melayang seperti lintas Cikini-Jayakarta tidak masuk ke dalam kategori ini. Salah satu contoh jembatan tertinggi di Indonesia saat ini adalah Jembatan Cisomang yang tingginya mencapai 100 meter. Ada juga yang lain seperti Jembatan Cirahong di Jawa Barat dan Jembatan Sakalimolas di Jawa Tengah.
Terowongan Sasaksaat |
Selain jembatan, ada juga bangunan terowongan kereta api yang juga termasuk bangunan hikmat. Ini biasanya terowongan yang menembus gunung, bukit, atau objek geologi lainnya. Tapi, perlu diperhatikan lagi, terowongan jalur rel di bawah tanah bukan termasuk dalam kategori bangunan hikmat. Terowongan terpanjang di Indonesia saat ini adalah Terowongan Wilhelmina dengan panjang mencapai 1.116 meter yang berada di lintas cabang nonaktif Banjar-Cijulang. Contoh lainnya antara lain Terowongan Notog dan Terowongan Ijo di Jawa Tengah.