Dulu, ketika Indonesia masih bernama Hindia Belanda, jejak-jejak rel kereta api telah ditanam dengan tekun oleh pemerintah kolonial. Mulai dari tahun 1870-an, seiring dengan kebijakan tanam paksa yang sedang marak, Belanda telah membentangkan jaringan rel sepanjang sekitar 6.500 kilometer di Pulau Jawa dan Sumatera. Namun, jika kita melihat ke masa kini, hanya sekitar 4.000 kilometer yang masih beroperasi. Jalur-jalur kereta api ini sebagian besar telah dinonaktivkan sejak era 1970-an.
Menurut Wakil Ketua Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI), Djoko Setijowarno, alasan utama di balik gencarnya pembangunan rel kereta api oleh Belanda adalah untuk meningkatkan efisiensi dalam pengangkutan barang, terutama hasil-hasil perkebunan seperti gula, teh, kopi, tembakau, dan lain sebagainya. Jelaslah bahwa pembangunan jaringan rel kereta api di Pulau Jawa pada masa itu didorong oleh pertimbangan ekonomi, terutama untuk mendukung kepentingan perkebunan-perkebunan besar. Pada sekitar tahun 1873, pembangunan rel kereta api telah mencapai panjang sekitar 250 kilometer. Dan dari situ, pembangunan terus berlangsung pesat, sehingga pada akhir periode kolonial, seluruh jaringan rel kereta api di Jawa telah mencapai kurang lebih 3.000 kilometer.
Tapi, mungkin ada yang bertanya, mengapa Belanda begitu gigih membangun rel kereta api meskipun pada saat itu jumlah penduduk masih relatif sedikit? Jawabannya sederhana, rel kereta api pada awalnya tidak hanya dimaksudkan untuk mengangkut penumpang, tapi lebih kepada efisiensi dalam pengangkutan barang. Kereta api adalah sarana yang paling efisien untuk mengirimkan hasil-hasil produksi ke pelabuhan-pelabuhan. Baru kemudian, fungsi transportasi penumpang diperhitungkan, tetapi prioritasnya tetap pada pengangkutan barang.
Bahkan sampai sekarang, jika kita memperhatikan pembangunan jalur kereta api, akan terlihat bahwa visi yang ditanamkan Belanda dalam membangun jaringan kereta api ini adalah jangka panjang. Meskipun perkembangan teknologi dan moda transportasi lainnya telah mengalami kemajuan pesat, jejak-jejak kereta api kolonial ini tetap menjadi tulang punggung dalam sistem transportasi Indonesia.
Sejarah panjang jaringan kereta api di Indonesia adalah cerminan dari upaya manusia dalam membangun infrastruktur untuk mendukung kehidupan sehari-hari. Meskipun dibangun oleh pemerintah kolonial, warisan kereta api ini telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Indonesia hingga saat ini. Dari kebun-kebun teh di pegunungan hingga pelabuhan-pelabuhan sibuk di pantai, jejak rel kereta api masih menjadi saksi bisu dari masa lalu yang terus berdampak pada masa kini. Kita bisa melihatnya sebagai warisan yang tetap berharga, tidak hanya sebagai sarana transportasi, tapi juga sebagai bagian dari identitas bangsa yang terus berkembang.