Pada 1 Februari 1973, Kota Cirebon merayakan momen bersejarah dengan meresmian Kereta Api baru pada rute perjalanan di wilayahnya yang menghubungkan dengan kota Jakarta. Peluncuran KA ini disambut dengan baik, dengan kehadiran Menteri Perhubungan Frans Seda dan Menteri/Kepala Bappenas Widjojo Nitisastro serta Walikota Cirebon Letkol Tatang Suwardi yang menyebut peluncuran KA ini sebagai hadiah ulang tahun ke-602 untuk Kota Cirebon.
Diluncurkan oleh PNKA tepat pada tanggal 1 Februari 1973 sebagai KA Ekspres/Cepat. Sebagai peningkatan dari KA Pattas sebelumnya, yang berhasil memangkas waktu tempuh dari Cirebon-Jakarta hanya menjadi 2 jam 30 menit. Awalnya, sebagai kereta bendera, namun seiring berjalannya waktu, statusnya turun menjadi KA Ekonomi, hingga akhirnya dihapus. Kereta api ini diberi nama KA Ekspress Gunung Jati. Waktu tempuhnya dari Cirebon ke Jakarta adalah dua jam 30 menit, dengan kecepatan maksimal mencapai 100 km/jam. Kecepatan ini berkat peningkatan operasional lintas Cirebon–Cikampek. Gunung Jati telah menjadi bagian dari rute Cirebon-Jakarta selama lebih dari dua dekade.
Peluncuran Gunung Jati, Cirebon, 1 Februari 1973. Koleksi Perpusnas. Discan oleh Rizki Fajar Novanto |
Sebelum kehadiran Gunung Jati, PNKA telah meluncurkan KA Pattas pada tanggal 15 Maret 1970. Melayani rute yang sama, yaitu Jakarta Pasar Senen-Cirebon dengan waktu tempuh yang lebih lama, 4 jam 30 menit. Namun, pada Jumat, 24 Desember 1971, KA Pattas mengalami percepatan waktu tempuh menjadi 3 jam 15 menit, yang diresmikan oleh Direktur Jenderal Perhubungan Darat, Soempomo Bajuadji, di stasiun Cirebon Kejaksan.
Pada tahun 1976, rangkaian Gunung Jati diganti dengan KRD seri MCW301 dengan formasi biasanya terdiri dari 3 set/6 kereta. Namun, penggunaan KRD seri 301 hanya bertahan satu tahun karena pada 29 Agustus 1977, PNKA dan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta meresmikan program Kereta Kota yang menggunakan armada KRD seri 301 dan KRL Rheostatik. Hal ini mengakibatkan penurunan pelayanan pada Gunung Jati dengan keterlambatan hingga 120 menit dan masalah pada kebersihan.
Gunung Jati, Jakarta Kota, Maret 1985. Foto: Mendiang Robert von Hirschorn (Railasia) |
Sekitar tahun 1982, Gunung Jati naik status menjadi kereta Bisnis kelas 2 dengan menggunakan KRD seri 302. Namun, pada sekitar tahun 1985, formasi KRD Gunung Jati menjadi tidak teratur dengan formasi 3 atau 4 kereta, yaitu K2 + KM2 + 4 KD2. Tak disangka pada 29 November 1989, KA Cirebon Ekspres mulai beroperasi dan menyebabkan turunnya status Gunung Jati menjadi KA Ekonomi dengan livery putih terang dan lining biru di bagian bawah jendela. Rangkaian Gunung Jatipun digabung dengan rangkaian Tegal Arum, berjalan dengan pola N Slag. Pola rotasi rangkaian Gunung Jati-Tegal Arum menjadi TG-JAK-CN-JAK-TG. Beberapa tahun kemudian, akhirnya pada tahun 1993 KA Ekspress Gunung Jati dihentikan layanannya karena okupansi yang rendah serta memiliki rute yang sama dengan KA Cirebon Ekspres.