Kelud Ekspress Stanby Stasiun Blitar Foto: Flickr Topan Sepoor |
Gunung Kelud di Jawa Timur bukan hanya terkenal sebagai landmark alam, tetapi juga menjadi nama bagi sebuah moda transportasi, yaitu Kereta Rel Diesel (KRD) Kelud Ekspres. KRD ini menghubungkan Surabaya dengan Blitar, begitu pun sebaliknya, dilengkapi dengan fasilitas AC dan kursi untuk semua penumpang. Layanan KA ini Mulai beroperasi sejak 13 Agustus 2012, KRD Kelud Ekspres diresmikan di Stasiun Gubeng oleh Bambang Susantono Wakil Menteri Perhubungan.
Dalam operasinya, KRD Kelud Ekspres menjadi pendamping KA Ekonomi Rapih Dhoho dan bahkan menjadi alternatif bagi penumpang yang tidak mendapatkan kursi di KA tersebut. Dengan kapasitas 308 kursi, KRD ini mencuri perhatian dengan warna merah dan putih yang mencolok. Meskipun demikian, tarif KRD Kelud Ekspres dinilai cukup tinggi dibandingkan dengan KA Rapih Dhoho. Tarif untuk rute Blitar-Surabaya mencapai Rp50 ribu untuk jarak terjauh, Rp30 ribu untuk jarak menengah, dan Rp20 ribu untuk jarak pendek.
Hal ini membuat banyak masyarakat merasa tidak nyaman dengan tarif yang begitu tinggi. Akibat tarif yang mahal, KRD Kelud Ekspres seringkali sepi penumpang bahkan hingga kosong. Hal ini menyebabkan PT Kereta Api Indonesia mengalami kerugian dalam pengoperasiannya, sehingga pada awal tahun 2013, layanan KRD ini ditutup. Sebelumnya, KRD Kelud Ekspres digunakan secara gratis untuk angkutan Lebaran. Namun, cerita KRD Kelud Ekspres belum berakhir di sini.
Kereta ini kemudian dipindahkan ke Sumatera Utara untuk dijadikan rangkaian sementara KA Bandara Railink yang melayani Bandara Internasional Kualanamu ke Medan. Setelah kedatangan rangkaian kereta api baru dari Korea Selatan, sebagian dari KRD Kelud Ekspres kembali ke Jawa dan beroperasi sebagai Kereta Api Sriwedari Solo-Yogyakarta, sementara sisanya tetap berada di Sumatra Utara dan beroperasi sebagai Kereta Api Sri Lelawangsa Medan-Binjai.
Dengan perjalanan yang penuh liku-liku, KRD Kelud Ekspres menjadi sebuah kisah menarik dalam sejarah perkeretaapian di Indonesia, menggambarkan tantangan dan dinamika dalam mengoperasikan moda transportasi yang dapat memenuhi kebutuhan masyarakat namun tetap menjaga keseimbangan keuangan perusahaan.