KA 7071 Priangan Ekspres sedang naik turunkan penumpang di Stasiun Purwakarta, Bukti bahwa KA ini masih diminati oleh masyarakat. Foto: Flickr Ryu Lawu, November 2009 |
Kereta api telah lama menjadi bagian penting dari sistem transportasi di Indonesia. Namun, di antara perjalanan yang pernah ada, ada yang menjadi kenangan karena berhenti beroperasi. Salah satunya adalah KA Priangan Ekspres, sebuah kereta yang memiliki sejarah paling singkat dalam perkeretaapian di Indonesia namun cukup berkesan.
Priangan Ekspres adalah layanan kereta api campuran dengan kereta kelas bisnis dan eksekutif, serta kereta makan, yang diharapkan menjadi solusi transportasi bagi masyarakat antara Banjar, Ciamis, dan Tasikmalaya ke Bandung dan Jakarta. Namun, kereta ini hanya beroperasi selama empat bulan saja, mulai dari 12 Agustus 2009 hingga resmi ditutup pada 1 Desember 2009.
Mengapa kereta ini berhenti beroperasi begitu cepat? Ada beberapa faktor yang menjadi penyebabnya. Pertama, meskipun dibuka sebagai respons atas permintaan masyarakat dan pemerintah daerah, Priangan Ekspres gagal mencapai target okupansi minimal 60 persen sejak diluncurkan. Hal ini membuat PT KAI mengalami kerugian karena biaya operasional tidak sebanding dengan pendapatannya.
Selain itu, jadwal perjalanan yang kurang pas juga menjadi masalah. Kereta ini berangkat dari Banjar pukul 05.30 dan tiba di Pasar Senen pada pukul 13.30, kemudian berangkat kembali dari Pasar Senen pukul 14.10 dan tiba di Banjar pukul 22.20. Jadwal yang tidak sesuai dengan kebutuhan penumpang dapat mengurangi minat untuk menggunakan layanan tersebut.
Ada juga masalah terkait harga tiket. Meskipun harga tiket Priangan Ekspres relatif terjangkau, terutama jika dibandingkan dengan kereta lainnya seperti KA Parahyangan, tetapi tampaknya harga tersebut tidak mampu menarik cukup banyak penumpang untuk menutupi biaya operasional.
Seiring dengan berhentinya operasional Priangan Ekspres, banyak yang merasa kehilangan, terutama pengusaha bordir yang sebelumnya diuntungkan dengan adanya moda transportasi yang lebih nyaman dan cepat. Namun, nasib Priangan Ekspres menjadi pengingat bahwa dalam bisnis transportasi, selain kualitas layanan, faktor-faktor seperti harga tiket, jadwal perjalanan, dan minat penumpang memainkan peran penting dalam kelangsungan operasi sebuah layanan transportasi.
Label
Parade KA Jaman Dulu