Dwipangga, Gajah Sakti Kesayangan Ki Sapa Wira

Sedang Trending

Dwipangga, Gajah Sakti Kesayangan Ki Sapa Wira

CC203 02 melayani KA 12 Argo Dwipangga, Karanggandul
Dwipangga diluncurkan sebagai KA Spesial pada 21 April 1998. Pada Oktober 1998, Dwipangga baru dijadikan KA Argo dan namanya berubah menjadi Argo Dwipangga. Nama Dwipangga diberikan oleh Sri Sultan Hamengkubuwono X.
Foto: Bpk. Happy Muhardi

Kereta api Argo Dwipangga
adalah layanan kereta api penumpang kelas eksekutif dan luxury yang dioperasikan oleh Kereta Api Indonesia dengan relasi Solo Balapan–Gambir PP di lintas tengah Jawa. Perjalanan kereta api ini menuju Jakarta (Gambir) dilakukan pada malam hari, sedangkan perjalanan menuju Surakarta (Solo Balapan) dilakukan pada pagi hari, berkebalikan dengan jadwal perjalanan KA Argo Lawu. Kereta api Argo Dwipangga menempuh perjalanan dari Solo Balapan menuju Gambir sejauh 571 km dalam waktu sekitar 7 jam dan hanya berhenti di Klaten, Yogyakarta, Purwokerto, Cirebon, dan Jatinegara (hanya arah Surakarta). Rangkaian kereta api ini terdiri dari delapan kereta kelas eksekutif, dua kereta kelas Luxury Sleeper, satu kereta makan, dan satu kereta pembangkit.

Pertama kali diresmikan pada tanggal 21 April 1998 dengan nama KA Dwipangga, kemudian pada tanggal 5 Oktober 1998, KA Dwipangga dimodifikasi menjadi layanan kelas eksekutif KA Argo Dwipangga sebagai respons terhadap permintaan penumpang. Nama "Argo" dipilih sebagai citra merek layanan kereta api eksekutif, sedangkan "Dwipangga" dipertahankan untuk mempertahankan identitasnya yang kuat di benak pelanggan. Dalam bahasa Jawa, "Dwipangga" memiliki arti Gajah. Menariknya, nama "Argo Dwipangga" tidak diambil dari nama Gunung, melainkan dari nama kereta pendahulunya sebelum naik kelas menjadi Argo. Kereta Api Dwipangga telah memiliki okupansi yang baik sejak awal. Ketika naik kelas menjadi Argo, PT KA memilih untuk tetap mempertahankan nama Dwipangga karena telah menjadi bagian dari budaya masyarakat Jogja dan Solo. Sejak itu, KA Argo Dwipangga menjadi pilihan utama bagi banyak penumpang. 

Nametag KA Dwipangga dengan siluet khas Gajah sedang Berlari
Foto: Flickr Argoanggrek Railfans

Nama Dwipangga diambil dari salah satu kata ungkapan dalam bahasa Sanskerta yang artinya Gajah. Gajah yang dimaksud adalah seekor Gajah dalam legenda Sungai Gajahwong di Daerah Istimewa Yogyakarta, yang mana sungai tersebut berada di sebelah timur dari Stasiun Yogyakarta. Dalam cerita tersebut, dikisahkan bahwa terdapat seekor Gajah yang bernama Kyai Dwipangga yang merupakan Gajah kesayangan Ki Sapa Wira, abdi dalem Kesultanan Mataram pada masa pemerintahan Sultan Agung

Kereta api Dwipangga pertama kali diresmikan oleh Menteri Perhubungan RI saat itu, Giri Suseno Hadihardjono, pada 21 April 1998, dengan Lokomotif CC203 25 (CC203 98 13 SDT) sebagai lokomotif dinas pertamanya. Awalnya, rangkaian KA Argo Dwipangga terdiri dari 7-8 gerbong kelas eksekutif Argo (K1), 1 Kereta Makan (KM), dan 1 Kereta Pembangkit Listrik (MP), yang pasti memberikan pengalaman perjalanan yang nyaman bagi penumpangnya. Rangkaian kereta yang digunakan awalnya merupakan kereta kelas Spesial dengan susunan kursi 2–1 sebanyak 33 kursi dalam satu kereta, hasil perbaikan kereta keluaran 1950-an maupun lebih muda secara besar-besaran. Tarif yang ditetapkan untuk kelas spesial saat itu sebesar Rp. 160.000,00. 

Sebagai tanggapan atas rendahnya tingkat okupansi pada kereta api kelas Spesial, maka dilakukan perubahan layanan menjadi kelas eksekutif yang membuat nama kereta api ini diubah menjadi "Argo Dwipangga" pada 5 Oktober 1998. Corak pada rangkaian kereta api Argo Dwipangga saat itu berwarna putih-kuning gading, sebagian berwarna abu-abu khas kereta api Argo. Meskipun telah menjadi salah satu pilihan utama, pada waktu itu KA Argo Dwipangga juga mendapat banyak kritikan. Beberapa penumpang mengeluhkan kondisi gerbong yang kurang nyaman dan adanya ketidaktepatan waktu. Meskipun demikian, banyak juga yang tetap setia menggunakan layanan ini karena reputasinya yang baik.

Rangkaian KA Argo Dwipangga di Purwosari
Foto: Alm. M.V.A Krishnamurti

Pada November 1998, kereta api Argo Dwipangga mulai beroperasi menggunakan rangkaian kereta buatan PT INKA, tetapi kereta makan dan kereta pembangkit yang digunakan berupa kereta yang telah ada di Depo Solo Balapan. Pada tahun 2002, kereta api ini juga beroperasi menggunakan bekas rangkaian kereta eksekutif Argo Lawu keluaran 1996 setelah ia beroperasi menggunakan rangkaian berbogie K9. Kereta api Argo Dwipangga saat itu memiliki ciri khas, yaitu logo "Dwipangga" dengan gambar gajah, baik saat masih menjadi kereta kelas spesial maupun kelas eksekutif Argo, tidak seperti logo pada kereta api Argo saat itu, sebelum dilakukan perubahan logo seperti kereta api kelas eksekutif Argo lainnya. 

Setelah Balai Yasa Manggarai melakukan penyehatan kereta eksekutif keluaran tahun 1984 dan 1986 sebagai eksekutif new image dengan kaca berbentuk seperti "kaca pesawat", kereta api Argo Dwipangga beroperasi menggunakan rangkaian tersebut mulai 2011, sementara kereta buatan tahun 1996 dan 1998 dimutasi ke Depo Kereta Yogyakarta (YK) yang digunakan untuk pengoperasian kereta api Taksaka. Sejak 21 Juli 2016, kereta api Argo Dwipangga untuk perjalanan reguler bersama Argo Lawu bersama dengan KA Bima sempat beroperasi menggunakan rangkaian kereta eksekutif terbaru keluaran 2016 oleh PT INKA, Eksekutif New Image. Sebelum dilakukan penggantian rangkaian kereta Stainless Steel pada 1 Desember 2019. Kereta api Argo Dwipangga melayani kelas Eksekutif Luxury Sleeper mulai 26 Mei 2019 yang memiliki 26 tempat duduk. Per 1 Juni 2023 bertepatan dengan grafik perjalanan kereta api baru untuk tahun 2023, KA Argo Dwipangga menuju Surakarta berhenti juga di Stasiun Jatinegara untuk memberikan alternatif bagi penumpang wilayah Jabodetabek yang menggunakan layanan tersebut. 

Per Desember 2023, KA Argo Dwipangga mendapatkan rangkaian baja nirkarat generasi kedua buatan PT INKA, trainset Stainless Steel New Generation. Rangkaian terbaru tersebut telah diluncurkan pada 13 Desember 2023. Beberapa perbedaan dengan generasi sebelumnya adalah pintu masuk kereta dan pintu penghubung antar kereta sudah menggunakan pintu elektrik otomatis. Hal ini akan semakin memudahkan pelanggan dalam membuka ataupun menutup pintu tanpa mengeluarkan banyak energi. Suara aktivitas buka-tutup pintu pun menjadi lebih senyap. Di samping itu, sistem informasi penumpang (PIDS) yang tersedia di masing-masing kereta dapat menampilkan informasi stasiun terdekat, kecepatan, dan suhu ruangan. PIDS tersebut membantu menciptakan pengalaman perjalanan yang lebih baik dan menyediakan informasi yang penting bagi pelanggan selama perjalanan. Jendela kereta eksekutif dan luxury generasi baru juga telah diperbarui menjadi tempered double glass dari sebelumnya tempered glass sehingga tingkat keamanan lebih tinggi, membantu mengurangi masuknya panas berlebih dan sinar UV ke dalam ruangan, serta mereduksi kebisingan lebih baik. KAI menambah USB charger port pada masing-masing kursi, di samping stop kontak yang telah tersedia di dinding kereta.

KA Argo Dwipangga anjlok di Tumiyang

Meskipun memiliki keunggulan dalam fasilitas, dulu kereta api Argo Dwipangga juga pernah mengalami beberapa insiden tragis seperti terguling di Sarwogadung, Mirit, Kebumen pada 10 Desember 2002, anjlok di Babakan, Karanglewas, Banyumas pada 3 April 2007, dan menabrak mobil bak terbuka di Kertasemaya, Indramayu pada 1 Oktober 2013.

Posting Komentar

Mohon gunakan bahasa yang baik dan sopan dalam berkomunikasi. Terima kasih atas kritik dan saran yang diberikan!

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak