Kereta wisata komersial (Kawis) telah menjadi bagian penting dari industri pariwisata di Indonesia sejak awal pendiriannya pada tahun 2009 oleh anak perusahaan PT Kereta Api Indonesia (Persero), yaitu PT KAI Wisata. Sejarah penting dalam pengembangan kereta wisata ini dapat ditelusuri kembali ke masa lalu dengan penamaan kereta api luar biasa (KLB). Keberadaan kereta wisata di Indonesia sebenarnya tak lepas dari sejarah penamaan kereta api luar biasa.
Istilah 'kereta luar biasa' (KLB) pada awalnya merujuk pada perjalanan kereta api tanggal 3 Januari 1946, ketika Presiden pertama Indonesia, Soekarno, menggunakan kereta api ini saat hijrah dari Jakarta ke Kota Yogyakarta, yang pada waktu itu merupakan milik perusahaan Staatsspoorwegen. Kereta KLB ini ditarik oleh lokomotif C2849 yang tersusun atas 8 kereta penumpang. Pemindahan dilakukan dengan sangat rahasia karena diawasi secara sangat ketat oleh pihak keamanan asing. Pemindahan tersebut dilakukan secara rahasia dan berhasil sampai di Kota Yogyakarta pada tanggal 4 Januari 1946. Pelarian diri dengan kereta tersebut diabadikan dengan sebutannya sebagai kereta luar biasa.
KAWIS juga seringkali menjadi objek menarik bagi para railfans yang gemar memotret karena sarana ini yang memiliki bentuk yang unik dan menggunakan livery klasik serta mencolok. Kawis Nusantara, Bali, dan Toraja sering dikenal dengan julukan "Susu Mahal" karena warnanya yang putih, sedangkan Priority, Imperial, Jawa, dan Sumatera lebih sering dijuluki sebagai "Coklat Mewah" karena warna coklat yang mendominasi tampilan eksterior sarana ini.
Di era Orde Baru, kereta luar biasa menjadi fokus pembangunan oleh Presiden kedua Indonesia, Soeharto. Dibuatlah sarana kereta khusus untuk Presiden dan pejabat tinggi negara dengan nama Nusantara, Bali, dan Toraja, yang berdinas di Pulau Jawa. Kereta tersebut dimodifikasi dari kereta makan yang biasanya dipakai oleh kereta api Bima pada masa itu. Yang sering dipakai oleh para menteri dan pejabat negara. Kereta luar biasa ini dilengkapi dengan fasilitas mewah seperti ruang rapat, balkon, ruang makan, bar kecil, tempat tidur, dan ruang santai dengan televisi besar, khusus untuk keperluan pejabat negara. Kereta luar biasa ini dikhususkan untuk pejabat negara yang meliputi presiden Indonesia, wakil presiden Indonesia, dan para menteri dalam kabinet Indonesia. Frekuensi pemakaiannya dikategorikan sebagai sangat jarang digunakan.
Pada tahun 2009, PT KAI mendirikan anak perusahaan, KAI Wisata, yang mengoperasikan kereta wisata dengan nama dagang "Indorailtour". Modal awal untuk bisnis ini diperoleh dari penjualan layanan tiga kereta wisata yang digandengkan dengan kereta reguler khususnya kereta eksekutif. Perkembangan pesat terjadi saat KAI Wisata menambah enam unit kereta tambahan selama periode 2013-2014, yang dikerjakan di Balai Yasa dengan nama Sumatera, Jawa, Imperial (4 unit), dan Priority (3 unit).
Saat ini, KAI Wisata mengoperasikan delapan unit kereta dengan nama Nusantara, Bali, Toraja, Sumatra, Jawa, Imperial, Priority, dan Panoramic. Meskipun kereta ini telah menjadi bagian dari pariwisata Indonesia, frekuensi penggunaan beberapa unit masih dikategorikan sebagai sangat jarang, terutama karena penggunaannya yang terbatas untuk keperluan khusus, seperti perjalanan pejabat tinggi negara dan penyewaaan turis mewah.
Label
Sarana KA