Kereta api Kalijaga adalah kereta api lokal komersial kelas eksekutif dan ekonomi yang pernah dioperasikan oleh PT Kereta Api Indonesia (Persero) di Pulau Jawa dengan jurusan Stasiun Solo Balapan - Stasiun Semarang Tawang Bank Jateng melalui Stasiun Gundih. Nama Kalijaga berasal dari sosok salah seorang Walisongo yang sangat terkenal, Sunan Kalijaga. Dalam konteks perkeretaapian, motto Kalijaga adalah "menjaga tradisi", dengan tujuan memberikan keberanian pada kereta api ini sekaligus menumbuhkan kebanggaan bagi penumpangnya.
Sebelumnya, kereta api Kalijaga dioperasikan sebagai pengganti Kereta api Pandanwangi serta KRD Banyubiru yang sudah tidak lagi beroperasi. Biasanya, kereta api ini membawa 7 kereta kelas ekonomi rolling dengan rangkaian Kereta api Bengawan, setelah tiba di Stasiun Solo Purwosari dari Jakarta, rangkaian KA ini akan diinapkan di Stasiun Solo Balapan. Pada pagi harinya sekitar pukul 5 pagi, rangkaian KA akan kembali dilangsir dari Stasiun Solo Balapan ke Stasiun Purwosari. Berganti nama menjadi Kalijaga untuk melayani rute tambahan ini. Dengan perjalanan awal pada pagi hari yang masih gelap. KA Kalijaga dioperasikan pada sore hari dengan waktu tempuh 2 jam 45 menit, melayani naik dan turun penumpang di beberapa stasiun.
KA Kalijaga merupakan kelanjutan dari Kereta api Joglosemar yang menggunakan rangkaian Kereta api Bengawan, dengan daya tampung 636 penumpang. Diluncurkan pada 15 Februari 2014 dengan tarif awal Rp 25.000,00 oleh Wakil Menteri Perhubungan Bambang Susantono, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, dan Wali kota Surakarta F.X. Hadi Rudyatmo. Meskipun okupansi pada hari biasa tergolong sedikit, layanan ini masih diminati oleh masyarakat baik kota Semarang maupun Surakarta. Meski demikian, kereta ini hampir dihentikan operasionalnya, namun setelah PT Kereta Api Indonesia mengajukan public service obligation, tarifnya diubah menjadi hanya Rp 10.000,00 saja per orang mulai 1 Oktober 2014. Pembelian tiket KA Kalijaga dilakukan dengan go show, beli dan langsung berangkat. Okupansi penumpangnya tergolong rendah, mungkin karena layanannya hanya satu kali perjalanan setiap harinya. Pihak Pemerintah Provinsi Jawa Tengah lah yang meminta operasional kereta ini terus berjalan, karena diharapkan Kereta Api Kalijaga ini dapat menghubungkan aktivitas masyarakat kota-kota besar di Jateng dan DIY, serta menjadi poros Joglosemar kedepannya
Dulu, kereta api ini merupakan satu-satunya layanan penghubung moda transportasi kereta api relasi Semarang - Solo di luar jam malam, dan satu-satunya yang melewati petak Solo Balapan - Salem. Namun, dengan berlakunya Grafik Kereta Api (Gapeka) mulai 1 Desember 2019, pola operasi KA Bengawan berubah, dan KA Kalijaga turut berhenti beroperasi. Ada rencana untuk dijalankan kembali KA Kalijaga dengan nama KA Banyubiru, namun karena rangkaian KA Bengawan rolling dengan KA Matarmaja, akhirnya diputuskan untuk menjadikan KA Banyubiru sebagai kereta api komersil berstatus Fakultatif dengan menggunakan kelas eksekutif dan ekonomi milik KA Blambangan Ekspres dan KA Joglosemarkerto.
Kereta Api Kalijaga biasanya membawa penumpang kelas ekonomi dari Stasiun Purwosari ke Stasiun Pasar Senen dengan rute yang melintasi Stasiun Semarang Poncol, Stasiun Semarang Tawang, Stasiun Brumbung, Stasiun Kedungjati, Stasiun Telawa, Stasiun Gundih, Stasiun Salem, dan Stasiun Solo Balapan. Sebelumnya, Dahulu, kereta api ini merupakan layanan satu satunya penghubung moda transportasi kereta api relasi Semarang-Solo yang beroperasi selain malam hari, dan satu satunya yang melewati petak Solo Balapan - Salem. Penumpang dari Solo (maupun dari Semarang setelah di Solo) yang ingin menyambung moda ke Semarang dengan kereta api, pada saat itu, harus menunggu jadwal pagi Kereta api Kalijaga atau mengambil kereta non lokal yang diberangkatkan dari Stasiun Solo Jebres (dengan tarif terendah, Kereta api Brantas, Rp80.000,00) pada malam hari. Dengan diresmikannya Kereta api Joglosemarkerto, maka Kereta api Kalijaga menawarkan opsi pemberangkatan ke Semarang pada pagi hari dan dari Semarang hampir siang hari. Sementara untuk Ka Joglosemarkerto menuju Semarang (di trayek yang sama) sore/ malam hari dan dari Semarang sore/ malam hari.
Layanan ini masih menjadi alternatif yang diminati oleh masyarakat. Layanan ini hanya tersedia satu kali perjalanan PP setiap harinya. Karena menggunakan rangkaian KA Bengawan, kereta ini harus bergantian berdinas dari rute asal ke rute tambahan. Meskipun demikian, KA Kalijaga memiliki daya tarik tersendiri karena KA akan melintas di jalur legendaris yang dulunya dibangun pada masa NIS dan masih menggunakan batang rel dengan ukuran yang lebih kecil dibangingkan dengan R54 yang umum digunakan. Selain jalur yang legendaris, KA ini juga akan melewati beberapa Stasiun Legendaris seperti Kedung Jati. Maka tidak heran kereta api ini lebih cocok digunakan untuk kereta api wisata. Meski gerbongnya tidak selalu terisi penuh, layanan ini masih menjadi pilihan bagi beberapa kalangan, terutama siswa sekolah dasar di kota Semarang yang menggunakannya sebagai sarana transportasi favorit sehari-hari.
KMP3 0 06 01 SLO Kereta Restorasi bermotif batik khas KA Kalijaga Foto: Adryan Reza |
Mulai 1 April 2017, Kereta api ini tidak berakhir di Stasiun Purwosari, melainkan di Stasiun Solo Balapan agar langsiran penyimpanan kereta dapat dilakukan dengan mudah mengingat sepur simpan kereta di daerah Solo berada di stasiun ini. Meskipun okupansi rendah, ditambah pengoperasian tol Semarang-Solo yang memangkas waktu tempuh perjalanan menjadi 1 jam, layanan ini masih menjadi alternatif yang diminati oleh masyarakat baik kota Semarang maupun Surakarta, ditambah faktor mahalnya layanan Kereta api Joglosemarkerto (dengan harga termurah Rp48.000,00) maupun pemesanan sejak 30 hari yang dapat dilakukan melalui aplikasi di gawai pintar maupun loket stasiun.
Dengan berlakunya Grafik Kereta Api (Gapeka) yang efektif berlaku mulai 1 Desember 2019, dimana terjadi perubahan pola operasi KA Bengawan dan rangkaian digunakan pula oleh KA Matarmaja, layanan kereta api ini turut berhenti dikarenakan tidak adanya rangkaian kereta untuk layanan ini. Jadwal perjalanan KA ini diteruskan oleh KA Joglosemarkerto dengan catatan jadwal yang mengikuti dari Semarang menuju Solo dimundurkan dari jam 9 pagi menjadi jam 3 sore.
Seiring pesatnya transportasi non kereta api dan sepinya peminat, juga karena keuntungan yang ada tidak sebanding dengan biaya operasional untuk kereta jalur lintas ini, apalagi dikarenakan kereta ini bukan kereta komuter, KA Kalijaga ini akhirnya mengakhiri operasionalnya karena okupansi yang rendah. Meskipun telah mengalami reduksi tarif menjadi Rp 10.000,00 per orang sekali jalan, upaya untuk mempertahankan layanan ini tidak membuahkan hasil. Seiring dengan pesatnya transportasi non-kereta api dan faktor-faktor lainnya, Kereta Api Kalijaga berhenti beroperasi.
Label
Parade KA Jaman Dulu