M1 0 97 03 SMC Konservasi 2021, salah satu armada gendut endemik KA Argo Bromo Anggrek Foto: Mas Hikmal |
PT. Kereta Api Indonesia (KAI) baru-baru ini meluncurkan rangkaian kereta mewah tipe SSNG terbaru yang akan menjadi andalan bagi layanan Argo Dwipangga dan Argo Lawu. Kereta mewah ini menjadi sorotan karena mengingatkan pada rangkaian legendaris yang pernah dipakai oleh Argo Bromo Anggrek dan Argo Semarangan seperti Muria dan Sindoro. Rangkaian kereta api yang biasa disebut sebagai rangkaian gendut ini memang memiliki fasilitas paling lengkap dan canggih pada masanya. Dibuat oleh PT INKA (Industri Kereta Api) Madiun, rangkaian ini dianggap sebagai salah satu mahakarya di dunia perkeretaapian Indonesia yang diproduksi antara tahun 1997 dan 2001.
Pada masa kejayaannya, rangkaian ini dikenal dengan sebutan "si gendut utara" karena mampu melaju dengan cepat melalui jalur utara, mulai dari Stasiun Gambir, Cirebon, Semarang, hingga berakhir di Stasiun Surabaya Pasar Turi dalam waktu tempuh 9 jam. Warna dan livery yang digunakan pun bervariasi, mulai dari putih dengan garis merah muda, putih dengan garis biru untuk kereta makan, putih dengan garis hijau, hingga yang terakhir adalah livery dengan sebutan Selendnag Pecut. Dari segi tampilan eksterior, kereta penumpang ini memiliki perbedaan mencolok dengan bentuk yang lebih besar dari kereta pada umumnya, sehingga dikenal dengan sebutan "rangkaian gendut". Desain kaca yang memanjang memberikan kesan elegan, dengan hanya satu kaca panjang pada setiap sisinya. Di dalamnya, kereta ini dilengkapi dengan fasilitas seperti AC, pintu otomatis, sandaran kaki, kursi besar dan nyaman, interior mewah, rak bagasi atas, toilet luas, dan berbagai fasilitas lainnya yang membuat perjalanan lebih nyaman dan menyenangkan bagi penumpang.
Rangkaian ini menjadi kebanggaan PT INKA dan PT KAI, Awalnya, rangkaian khas ABA hanya dioperasikan dalam rute Surabaya – Jakarta. Namun, seiring perkembangan waktu, rangkaian ini juga digunakan untuk layanan KA Argo Lawu dengan rute Solo – Jakarta. Bahkan, karena kehandalannya, rangkaian ini dipindahkan ke Semarang untuk digunakan dalam KA Argo Sindoro atau KA Argo Muria II dengan rute Semarang – Jakarta. Namun, rangkaian ini mengalami beberapa kali kecelakaan saat digunakan sebagai KA Argo Lawu karena jalur yang dilalui tidak sesuai dengan bogie K9 terutama di lintas Daop 5 Purwokerto yang sebagian besar jalurnya adalah pegunungan yang berkelok-kelok. Akhirnya rangkaian ini digunakan kembali untuk KA Argo Sindoro dan kembali lagi sebagai KA Argo Bromo Anggrek.
Seiring berjalannya waktu, rangkaian ini mengalami beberapa kali perbaikan dan perubahan, termasuk dalam hal livery dan retrofit untuk meningkatkan kenyamanan dan keamanan bagi penumpangnya. Sayangnya, instruksi dari Departemen Perhubungan kepada PT KAI untuk menarik seluruh kereta kelas Argo Bromo Anggrek mulai Desember 2010 mengakibatkan rangkaian ini tidak lagi beroperasi. Sebagai gantinya, KA Argo Bromo Anggrek menggunakan kereta eksekutif biasa untuk sementara waktu, dengan rangkaian yang dipinjam dari Kereta Api Semberani yang memiliki jendela yang mirip dengan pesawat.
Saat ini, rangkaian "gendut" ini berstatus konservasi sementara yang tetparkir berada di beberapa emplasemen stasiun di wilayah Daop 4 Semarang, seperti Stasiun Jerakah, Stasiun Brumbung, dan Stasiun Gubug. Namun, pada Juli 2022, bahwa suku cadang yang masih berada di dalam rangkaian kereta pembangkit tetap digunakan. Meskipun tidak lagi beroperasi, suku cadang mesin tersebut akan digunakan untuk rangkaian pembangkit lainnya. Rangkaian legendaris ini terakhir kali beroperasi sebagai Argo Sindoro dan Argo Muria dalam rute Semarang Tawang - Gambir. Namun, sejak pandemi Covid-19 melanda pada tahun 2020, rangkaian ini terpaksa berhenti beroperasi hingga saat ini.
Alasan utama mengapa rangkaian ini tidak dijalankan lagi adalah karena biaya suku cadangnya yang mahal karena harus didatangkan langsung dari Perancis dan membutuhkan waktu yang cukup lama. Meskipun demikian, peluang untuk mengoperasikan kembali rangkaian legendaris ini hampir tidak ada. Namun, KAI telah meluncurkan rangkaian new generation dengan fasilitas hampir setara, sehingga tetap memberikan pengalaman perjalanan yang luar biasa bagi para penumpangnya. Akhirnya, rangkaian ini dikonservasi alias tidak digunakan lagi, dan bersiap untuk dikirim ke "peristirahatan terakhir" yang berada di Pasir Bungur yang ntah kapan saja bisa terjadi.
Label
Sarana KA