KA 54 Rajawali CC 201-41, meninggalkan Stasiun Semarang Tawang Foto: Dzulfiqar Adefa |
Kereta api, simbol perjalanan yang tak pernah lekang oleh waktu. Namun, ketika sebuah kereta api berhenti beroperasi, bukanlah akhir dari segalanya. Mungkin hanya nama dan rute yang berubah, atau bahkan perjalanan tersebut dilanjutkan oleh kereta lain yang sudah ada. Salah satu contohnya adalah KA Rajawali, yang melayani rute Surabaya Pasar Turi menuju Semarang Tawang. Kereta api Rajawali, sebuah simbol kecepatan dan kenyamanan dalam perjalanan antara Semarang Tawang dan Surabaya Pasarturi, telah menandai perjalanan ribuan penumpang sepanjang masa.
Hanya satu hari setelah peluncuran Kereta Api Harina, Rajawali ini diresmikan sebagai rekan setia kereta api Harina, Rajawali membawa penumpangnya melintasi 240 kilometer dalam waktu 4 jam 20 menit, dengan hanya dua pemberhentian, yaitu di Stasiun Bojonegoro dan Stasiun Cepu. Saat diluncurkan pada 21 Mei 2003, Kereta api Rajawali menjadi penyambung penting antara dua kota besar di Jawa Timur. Nama "Rajawali" dipilih dengan sengaja untuk menggambarkan kecepatan dan kebebasan dalam perjalanan, sebagaimana burung Rajawali terbang menjelajahi jagad langit dengan gesitnya.
Namun, perjalanan Rajawali tidak selalu mulus. Pada 2 Agustus 2010, ketika Argo Gede berganti menjadi Argo Parahyangan, Rajawali turut mengalami perubahan dengan penambahan gerbong kelas bisnis untuk memenuhi kebutuhan penumpang yang semakin bertambah. Menambah kenyamanan bagi penumpangnya. Kemudian, pada 12 Februari 2011, PT Kereta Api Indonesia (KAI) meluncurkan KA Rajawali 2, yang dikenal sebagai KA Rajawali Pagi. Namun, sayangnya, KA Rajawali 2 akhirnya dihapuskan karena tingkat okupansi yang rendah.
Pada 1 Maret 2013, babak baru dalam sejarah Kereta api Rajawali dimulai dengan penghapusan operasionalnya. Namun, perjalanan tidak berakhir begitu saja. Tugas KA Rajawali digantikan oleh KA Harina, yang memperpanjang relasinya dari Bandung Semarang hingga Surabaya. Langkah ini diambil untuk mengoptimalkan dan mengefisienkan pengoperasian sarana kereta, dengan memberikan alternatif perjalanan bagi penumpang yang tetap setia. Namun KA Rajawali malah mengakhiri masa pengabdiannya. Rangkaian kereta api Harina dan Rajawali, yang selama ini menjadi sahabat setia penumpang, dimutasikan ke Daerah Operasi II Bandung.
Kereta api Rajawali, dengan rangkaian empat hingga enam kereta eksekutif, satu kereta makan, dan satu kereta pembangkit, meninggalkan kenangan manis bagi setiap penumpangnya. Kereta eksekutif dengan livery khas putih dan garis hijau toska menjadi bagian tak terpisahkan dari perjalanan mereka. Harga tiket KA Harina Semarang-Surabaya bervariasi, dengan kelas eksekutif berkisar antara Rp140 ribu hingga Rp350 ribu, dan kelas bisnis antara Rp105 ribu hingga Rp250 ribu. Meskipun KA Rajawali telah berhenti beroperasi, namun kenangan akan perjalanannya tetap terpatri dalam sejarah perkeretaapian Indonesia, sebagai bagian dari evolusi dan transformasi layanan transportasi yang terus berubah sesuai dengan kebutuhan dan permintaan penumpang.