Foto: Bima Sawunggalih |
Dalam dunia transportasi, inovasi merupakan kunci utama untuk memberikan pengalaman yang unik bagi para penggunanya. Salah satu contoh yang menginspirasi adalah Gerbong Batik seri K1-02527 milik Dipo Bandung (BD) bermotif Rahayu Neng Bawono yang menjadikan sebuah masterpiece seni. Inovasi ini tidak hanya mengubah penampilan fisik kereta, tetapi juga menghadirkan kebanggaan akan warisan budaya Indonesia. Gerbong Batik Rahayu Neng Bawono ini dirangkaikan ke kereta jurusan Bandung-Jakarta, KA Argo Parahyangan, menjadi awal dari perjalanan yang menakjubkan. Dengan kreativitas lima mahasiswa FSRD ITB, kereta ini mengalami metamorfosis dalam waktu singkat, hanya dalam tiga hari. Penggunaan stiker sepanjang 120 meter mengubah tampilan gerbong kereta menjadi sesuatu yang luar biasa.
Proses pembuatan Kereta Batik tidaklah mudah. Menggunakan 120 meter stiker dan memakan waktu tiga hari, proyek ini melibatkan banyak orang dan koordinasi yang baik. Namun, hasil akhirnya merupakan bukti dari kolaborasi dan dedikasi untuk menciptakan sesuatu yang istimewa. Dengan mengangkat kreativitas anak bangsa dan kekayaan budaya Indonesia, kereta ini menjadi bukti bahwa inovasi dan tradisi dapat bersatu dalam harmoni yang indah. Motif Wayang Bima yang mencolok memberikan sentuhan seni dan budaya yang khas pada kereta ini. Keunikan dari kereta ini tidak hanya terletak pada penampilannya yang menarik, tetapi juga pada pesan yang dibawanya, juga simbol doa keselamatan dan pelayanan yang baik bagi para penumpang.
Foto: Artinviezme |
Motif batik yang menghiasi kereta tersebut tidaklah sembarangan. Dengan campuran batik dari berbagai daerah seperti Jabar, Jateng, dan Jatim, kereta ini mempersembahkan delapan jenis motif yang memukau. Mulai dari Mega Mendung, bunga, wayang Bima, hingga gambar burung, setiap motif memiliki makna tersendiri. Menurut Yosef Adiguna, salah satu konseptor kereta batik dari FSRD ITB, penggunaan motif tersebut bukanlah tanpa alasan. "Bentuk wayangnya kita sudah ubah sedikit. Burung sendiri melambangkan kedamaian, selendang melambangkan si kereta ini mempersatukan semua jenis masyarakat. Mengapa kita mengambil banyak motif flora juga, karena mencirikan Kota Bandung," ujarnya.
Proyek kereta ini bukanlah hasil dari satu individu, melainkan kolaborasi dari lima mahasiswa FSRD ITB. Dalam waktu kurang lebih tiga hari, mereka berhasil mengubah penampilan kereta menjadi sesuatu yang spektakuler spesial. "Ini untuk yang pertama kalinya kami membuat desain untuk kereta api. Ini merupakan suatu kebanggaan bagi kami," ungkap Yosef. Pemandangan di Stasiun KA pun menjadi semakin menarik dengan kehadiran kereta batik ini. Warna dasar putih yang dipadukan dengan motif burung, kupu-kupu, dan bunga, menambah keceriaan suasana. Salah satu motif yang paling mencolok adalah motif Wayang Bima yang dimodifikasi. Tak heran, beberapa pengunjung stasiun pun tak melewatkan kesempatan untuk berfoto ataupun berselfie di depan kereta batik ini.
Transformasi Rahayu Neng Bawono menjadi Kereta Batik bukan hanya sekadar perubahan fisik, tetapi juga sebuah peristiwa bersejarah dalam dunia transportasi Indonesia. Terpilihnya kereta ini sebagai bagian dari Museum Rekor Dunia-Indonesia (MURI) merupakan pengakuan atas nilai seni dan keunikan dari kereta eksekutif K1 ini. Dengan memadukan keindahan batik dan nilai-nilai budaya, Kereta Batik menjadi lambang dari upaya pelestarian warisan nenek moyang. Langkah PT Kereta Api dalam meluncurkan Kereta Batik tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan pelayanan kepada penumpang, tetapi juga untuk menginspirasi kesadaran akan keberagaman budaya yang dimiliki Negri ini. Dengan memperkenalkan kereta-kereta bertema batik untuk setiap tujuan, mereka mengajak masyarakat untuk lebih menghargai dan melestarikan warisan budaya Indonesia. Meskipun kini sudah tidak ada, namun warisan seni dan budaya yang dihasilkan oleh Kereta Batik ini tetap menjadi inspirasi bagi generasi mendatang dalam menjaga dan mengembangkan kekayaan budaya bangsa.
Label
Sarana KA