Kereta Rel Listrik seri KRL INKA EA202, atau yang lebih dikenal dengan KRL i9000 KfW, merupakan salah satu armada yang menjadi andalan masyarakat dengan layanan kereta rel listrik AC di Indonesia. Dibuat oleh PT INKA, perusahaan yang sudah terkenal akan kualitasnya dalam pembuatan kereta api dalam negeri yang bekerja sama dengan Bombardier Transportation GmbH Jerman, dimana Motor Traksi dan sistem kendali KRL ini di pasok oleh Bombardier AG, sedangkan body, kelistrikan dan interior di kerjakan oleh PT INKA. KRL buatan INKA ini secara konten menggunakan 70% sampai 75% komponen yang di buat di dalam negeri hasil karya putra-putri indonesia. Sebanyak 40 unit (10 set) berformasi 4 kereta mulai diboyong dari pabrik PT INKA, Madiun ke Jakarta dan melalui serangkaian ujicoba untuk melihat performa dan kehandalannya. Design Eksteriornya tidak beda jauh dengan KRL Produksi PT INKA sebelumnya, KRL-I Prajayana. Hanya bagian muka KRL saja yang terlihat berbeda. Perbedaan yang mencolok adalah banyaknya lampu pada KRL KfW ini. Jika dihitung ada 12 buah lampu baik lampu semboyan atau Headlight yang menempel di muka KRL. KRL i9000 KfW pertama kali diresmikan oleh Menteri Perhubungan RI pada saat itu, Freddy Numberi, di Stasiun Jakarta Kota pada 24 Agustus 2011 bersamaan dengan peluncuran Kereta Api Gajahwong. Dengan dukungan finansial dari bank milik Pemerintah Federal Jerman, "Kreditanstalt für Wiederaufbau" (KfW). Bank inilah yang memberikan suntikan dana sekitar €32 juta demi keberhasilan pembuatan KRL ini. Kerja sama antara PT INKA dan Bombardier Transportation yang berhasil melahirkan kereta ini, dengan total 40 unit (10 rangkaian) yang mulai dioperasikan setelah melalui serangkaian ujicoba untuk memastikan performa dan kehandalannya.
Interior KRL i9000 KfW Foto: indotetsudoufan.blogspot.com |
Keunggulan dari KRL i9000 KfW yang di banderol seharga Rp.48 M per transet ( 1 transet terdiri dari 4 gerbong ) ini adalah tahan terhadap tegangan listrik yang naik turun, hal itu biasa terjadi saat jarak kereta di jam sibuk terlalu dekat pada pagi dan sore hari, daya tahan itu tidak di temui di KRL ex Jepang karna pada saat listrik naik turun di jam-jam sibuk itu lah yang menyebabkan AC dalam kereta sering tak berfungsi dengan baik. Beroperasi di Line Yogyakarta, KRL i9000 KfW ini merupakan salah satu solusi transportasi massal yang efisien dan handal di wilayah tersebut, mengenai tahun pembuatannya, kereta ini mulai beroperasi sejak tahun 2011. Sejak saat itu hingga sekarang, kereta ini terus melayani penumpang dengan baik. Selain itu, pada tahun 2019-2020, dilakukan proses rehabilitasi untuk meningkatkan performa dan kenyamanan bagi para pengguna. Kereta ini memiliki kapasitas yang cukup besar, dengan mampu menampung hingga 628 penumpang rata-rata. Formasinya pun bisa bervariasi, dengan 4 atau 8 kereta per set. Dengan jumlah armada yang mencapai 40 unit, KRL i9000 KfW ini dapat mengakomodasi kebutuhan transportasi massal di wilayah tersebut.
Dari segi teknis, kereta ini menggunakan bahan stainless steel untuk bodinya, memberikan kekuatan dan ketahanan yang baik. Panjang kereta mencapai 20 meter dengan lebar 2,9 m dan tinggi 3,8 m. Setiap sisi kereta dilengkapi dengan 3 pintu untuk memudahkan proses masuk dan keluar penumpang. Dalam hal kecepatan, kereta ini mampu berlari hingga 100 km/jam. Proses percepatan dan perlambatan juga cukup baik, dengan nilai masing-masing mencapai 2,88 km/h/s dan 3,3 km/h/s untuk kondisi normal, serta 4,3 km/h/s untuk kondisi darurat. Sistem traksi yang digunakan adalah VVVF-IGBT, dipadukan dengan motor traksi MJA.280-3 dan transmisi Static Inverter (SIV). Untuk kebutuhan listrik, kereta ini menggunakan Unit Pembangkit Listrik Aliran Atas (LAA) dan sistem HVAC (Heating, Ventilation, and Air Conditioning) yang menggunakan teknologi terbaru.
Alat Control pada kabin Masinis KRL i9000 KfW Foto: indotetsudoufan.blogspot.com |
Dalam hal keselamatan, KRL i9000 KfW dengan Line Yogyakarta ini dilengkapi dengan berbagai sistem keselamatan dasar berupa TMS (Train Management System), Deadman Control, dan MITRAC (Modular Integrated Traction). Selain itu, untuk proses perangkaian antar kereta dilengkapi dengan Automatic Tight Locked Coupler dan Bar Coupler AAR No. 10A Contour. Pada awalnya, KRL i9000 KfW ini dilengkapi dengan formasi 4 kereta dalam satu rangkaiannya. Namun, untuk memenuhi kebutuhan operasional yang lebih besar, 2 rangkaian akhirnya digabung menjadi satu, sehingga menjadi 8 kereta dalam satu rangkaian. Proses penggabungan ini dilakukan secara bertahap, dimulai pada tanggal 19 Februari 2013 dengan gabungan TS1+TS2 dan TS9+TS10, kemudian dilanjutkan dengan TS3+TS4 dan TS5+TS6 pada tanggal 7 Maret 2013, serta TS7+TS8 pada tanggal 27 Maret 2013.
Penomoran Trainset kedua KRL i9000 KfW Foto: indotetsudoufan.blogspot.com |
Bangku yang tersedia pada KRL ini awalnya menggunakan bahan fiber yang telah diubah menjadi berbahan sofa demi kenyamanan penumpang. Penumpang yang berdiri pun dimudahkan dengan adanya Hand Grip berlogokan INKA. Untuk mengetahui info lokasi kereta, diatas pintu telah disisipkan Layar Monitor yang dilengkapi GPS sehingga penumpang dapat mengetahui informasi mengenai lokasi kereta berada. Sebagai bentuk pengamanan, KRL ini dilengkapi suara penanda apabila pintu akan dibuka ataupun ditutup. Ada pula tombol darurat di dekat pintu penumpang, yang kaca pengamannya bisa dipecahkan saat kondisi darurat. Tabung pemadam kebakaran juga tersedia di setiap kabin penumpang. KRL ini sempat dioperasikan dengan rangkaian tunggal (1 Trainset), untuk KRL Feeder sebelum dioperasikan secara gabungan 2 Trainset untuk memenuhi formasi 8 kereta dalam 1 rangkaian.
GPS kereta yang terpasang di atas pintu Foto: indotetsudoufan.blogspot.com |
Pada awal ujicoba operasi, KRL ini hanya berdinas di lintas Duri-Tangerang, Tanahabang-Maja, serta feeder lintas Kampung Bandan-Jakarta Kota dan Manggarai-Tanahabang-Kampung Bandan-Jakarta Kota. Namun, KRL ini pada akhirnya beroperasi juga pada lintas lainnya di Jabodetabek. Meskipun dikenal sebagai KRL dengan AC terdingin, KRL i9000 KfW ini sempat mengalami beberapa masalah kehandalan seperti mogok, yang menyebabkannya ditarik ke PT INKA untuk perbaikan. Setelah perbaikan, KRL ini kembali beroperasi, meskipun lebih sering digunakan sebagai KRL Feeder dan jarang berdinas di lintas yang padat. Beberapa rangkaian KRL i9000 KfW yang tidak dibawa ke PT INKA juga sempat disimpan di Depo KRL Depok, namun pada akhirnya KRL i9000 KfW tersebut ditarik ke PT INKA Madiun juga untuk menjalani perbaikan. Kurangnya perawatan juga menyebabkan beberapa unit KRL mengalami masalah dengan AC, yang menyebabkannya menjadi panas.
Tempat duduk menyamping khas KRL Foto: indotetsudoufan.blogspot.com |
Selama proses rehabilitasi, sistem HVAC yang awalnya menggunakan Konvekta telah digantikan dengan sistem INKA I-Cond yang lebih modern dan efisien. Penggunaan energi yang lebih efisien menjadi salah satu tujuan dari rehabilitasi ini. Selain menjadi bagian penting dari lintas Jogja-Solo-Palur, KRL i9000 KfW ini juga merubah penampilannya sesaat setelah dimutasi ke DAOP 6 Yogyakarta. Livery bercorak batik Parang Barong yang dikenakan oleh KRL ini menjadi ciri khas yang membedakannya dari armada lainnya, yang sebelumnya KRL i9000 KfW ini hanya menggunakan stripping biru muda dan orange yang simple termasuk warna pintu yang dicat berwarna orange ala kereta kelas Ekonomi. termasuk beberapa KRL seri lainnya yang dipasang Livery Batik ini. Seluruh Trainset KRL i9000 KfW sekarang dikelola oleh PUK (Pengawas Urusan Kereta) KRL Klaten DAOP 6 Yogyakarta, yang rencananya untuk Depo KRL Solo Jebres setelah selesai pembangunan depo Solo Jebres.
KRL i9000 KfW yang menggunakan Livery Batik masuk Stasiun Batuceper untuk uji dinamis Foto: Ridwan SR |
Pada suatu hari, tepatnya pada hari Rabu pagi tanggal 27 Februari 2013, Satu rangkaian KRL i9000 KfW ini mengalami gangguan saat berdinas. KRL tersebut berangkat dari Stasiun Serpong menuju Tanah Abang dan berhenti luar biasa di Stasiun Rawa Buntu pukul 06.46 karena kecepatannya yang tiba-tiba merosot. Direktur Komersial PT INKA, Hendy Hendratno Adji, menyatakan bahwa meskipun tidak mogok total, kecepatannya turun menjadi hanya 30 km/ jam. Beberapa pintu KRL juga tidak bisa dibuka. Saat ini, kereta pun diperiksa di Stasiun Tanjung Priok yang masih dalam tahap pengujian sebelum diserahterimakan ke PT KAI. Meskipun satu rangkaian KRL mengalami gangguan, satu rangkaian KRL lainnya buatan PT INKA masih dapat beroperasi di lintas Serpong. PT INKA meminta maaf kepada konsumen KRL yang terkena dampak gangguan ini. Kepala Humas PT KAI Daop 1 Purbawa mengonfirmasi bahwa mereka menyediakan rangkaian pengganti untuk memperkuat sarana kereta listrik di Jabodetabek.
Label
Seputar KA