Seorang Raja Penggemar Kereta Api

Sedang Trending

Seorang Raja Penggemar Kereta Api


Pakubuwono X, atau Susuhunan Surakarta (1866-1939), adalah sosok yang paling unik di kalangan raja Jawa yang memamerkan antusiasme luar biasa terhadap kereta api. Tidak hanya menjadi penumpang setia, beliau juga memiliki kereta kerajaan buatan Werkspoor-Amsterdam yang digunakan untuk perjalanan pribadi. Pada saat wafatnya, beliau diantar ke peristirahatan terakhirnya dengan kereta jenazah yang khususnya dibuat. Pakubuwono X, yang memerintah Kasunanan Surakarta Hadiningrat dari tahun 1866 hingga 1939, menjadi tokoh sentral dalam perjalanan sejarah yang melibatkan kemegahan tradisi, stabilitas politik, dan transisi kerajaan menuju era modern. Pemerintahannya mencirikan kegemilangan tradisi, namun juga menandai langkah-langkah maju dalam mengadopsi era modern. Salah satu inovasi mencoloknya adalah keputusannya untuk memiliki dua sarana kereta api yang digunakan untuk keperluan khusus. 

gerbong pribadi sri Susuhunan Pakubuwono X terparkir di keraton Surakarta
Kereta Pribadi milik Susuhunan Pakubuwono X
(Dok. Widoyoko)

Pakubuwono X membeli kereta pertama pada tahun 1911, sebuah kereta wisata yang dirancang secara khusus dengan kelengkapan pendingin udara menggunakan balok-balok es di alasnya. Tidak hanya sebagai sarana transportasi, kereta ini juga menjadi simbol kecintaan sang raja pada transportasi berbasis rel ini. Lalu, dua tahun kemudian kereta kedua yang dibuat pada tahun 1914. Namun kali ini agak berbeda, yang memiliki makna lebih mendalam. Merupakan kereta jenazah yang mengantarkannya dari Surakarta ke pemakaman Imogiri di Yogyakarta. Dibuat oleh pabrik Werkspoor di Amsterdam, Belanda. Kereta ini menjadi bukti konkret dari visi modern Susuhunan. Dua unit kereta ini memenuhi syarat khusus, dapat beroperasi pada lebar rel 1067 mm maupun 1435 mm. Kereta jenazah ini terdiri dari dua kompartemen untuk peti jenazah dan pengawal, sarana ini terbuat dari kayu jati Jawa dengan kaca setebal 10 mm, yang dominan berwarna putih. Terlihat kereta kerajaan dan kereta jenazah Pakubuwono X sekarang yang masih terawat dengan baik di keraton Surakarta. Tidak hanya memiliki kereta khusus, beliau juga memiliki stasiun sendiri, yang sekarang dikenal dengan stasiun Solo Jebres, dengan pembangunannya dikatakan mengambil sebagian tanah dari keraton. 

Mobil dan pengunjung di depan pintu masuk utama gedung Jaarbeurs Bandoeng. Potret diambil antara 1920-1926. (Dok. Tropenmuseum)
Mobil dan pengunjung di depan pintu masuk utama gedung Jaarbeurs Bandoeng. Potret diambil antara 1920-1926.
(Dok. Tropenmuseum)

Salah satu perjalanan unik beliau adalah pada saat menuju Bandung tanggal 8 Juli 1936, yang menghadiri pameran Jaarbeurs dan bertemu Panglima KNIL dengan menggunakan KA Eendagsche Expres. Rombongan beliau, yang terdiri dari 44 orang, didampingi oleh Ratu Hemas dan Ratu Pembayun. Pakubuwono X menunjukkan ketertarikannya pada kemajuan otomotif dengan menggunakan mobil pribadi dalam perjalanan liburan di Jawa Barat, mengunjungi Garut dan Tasikmalaya. Penginapan di Bandung dilakukan di hotel Preanger dengan total pemesanan 17 kamar. Rombongan ini tidak hanya menarik perhatian dengan jumlahnya, tetapi juga oleh pelayanan istimewa dari SS (Staatsspoorwegen, penyedia layanan kereta api), yang bahkan membuatkan kue spesial berbentuk lokomotif uap dengan logo Kesultanan Surakarta. Setelah beberapa hari saat kembalinya ke Surakarta pada 21 Juli 1936, perjalanan dilanjutkan dengan KA Eendagsche Exspres, dengan kembalinya pihak SS memberikan pelayanan VVIP kepada Susuhunan Surakarta. Sebagai bentuk terima kasih kepada seluruh kru kereta api, Pakubuwono X tidak hanya memberikan tip tambahan, tetapi juga menunjukkan kesetiannya terhadap layanan kereta api yang senantiasa memuaskan kebutuhan berbagai perjalanannya. 

kereta jenazah Pakubuwono X saat dipakainya mengantar ke Yogyakarta
Kereta Jenazah Pakubuwono X

Suatu Hari pada Februari 1939, kereta jenazah yang dimiliki Susuhunan Pakubuwono X ini memenuhi tugasnya dengan mengantarkan Jasadnya ke pemakaman Imogiri. Benda pusaka Keraton Surakarta ini juga merupakan benda bersejarah bagi perkeretaapian Indonesia, pasalnya kereta ini satu-satunya yang mengangkut jenazah Sunan Pakubuwono X dari Solo ke Yogyakarta. Saat wafatnya Sunan Pakubuwono X, jenazahnya dibawa dari Keraton ke Stasiun Balapan Solo beserta iring-iringan abdi dalem menggunakan kereta kuda. Lalu dari Stasiun Balapan Solo kereta ini berjalan menuju Stasiun Tugu Yogyakarta, yang disambut oleh Sultan Hamengkubuwono VIII dan Gubernur Bielefeld. Iring-iringan Raja di Yogyakarta mengantarkan jenazah ke Kotagede, disarekan satu malam lalu paginya dibawa ke Pajimatan Imogiri Bantul Yogyakarta atau lokasi pemakaman para Raja-raja Mataram. Kereta tersebut sempat "ngambek" atau tidak mau berfungsi semestinya. Setelah berpuluh tahun lamanya, pada 1989, kereta ini mengalami restorasi dan perbaikan ulang sebelum akhirnya akan dikembalikan ke Keraton Surakarta Solo dan kembali menjadi bagian penting sebagai salah satu Pusaka Keraton. Akan tetapi keanehan pun terjadi, yaitu kereta ini tidak mau berjalan, sebab tuannya kereta ini berada atau dimakamkan di Yogyakarta. Hal ini menunjukkan kesetiaan kereta tersebut pada pemiliknya, walau sang pemilik sudah mangkat atau wafat.


Saat dikembalikan ke Solo pun, banyak mengalami kendala dan dibutuhkan banyak sajen, tujuannya agar pengiriman lancar dan mudah. fenomena tersebut bisa saja terjadi sebab aura dari pemiliknya sudah terikat dengan benda tersebut. Ketika spirit pemilik aura terdiam di suatu tempat, maka hal ini seperti magnet bagi benda-benda yang dimilikinya, oleh karenanya butuh doa-doa untuk melakukan "negosiasi" sehingga benda itu bisa dipindahkan ketempat lain. Kini, kedua kereta ini menjadi bagian dari warisan Pakubuwono X yang sangat berharga dan sekarang sarana ini dipamerkan di alun-alun selatan Keraton Surakarta. Dengan kereta kerajaan dan kereta jenazahnya yang masih terawat dengan baik, Pakubuwono X meninggalkan warisan berharga yang menggambarkan perpaduan antara tradisi gemilang dan langkah-langkah maju menuju era modern. Kedua kereta ini bukan hanya sarana transportasi, tetapi juga saksi bisu perjalanan sejarah Keraton Surakarta. Kini, sebagai bagian dari warisan yang dipamerkan di alun-alun selatan Keraton Surakarta, mereka menjadi peninggalan berharga yang mengabadikan kecintaan dan kontribusi unik Susuhunan Surakarta dalam dunia perkeretaapian Indonesia.

Author

Portal Eksplorasi Artikel dan Galeri mengenai Kereta Api

Posting Komentar

Mohon gunakan bahasa yang baik dan sopan dalam berkomunikasi. Terima kasih atas kritik dan saran yang diberikan!

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak